Selasa, 27 Juli 2010

Kawanku,.!!

Kapan hati menjadi satu bagian yang utuh kawan?

Bila selalu pecah berkeping-keping menjadi bagian-bagian kecil yang tajam.

Kapan batinku ini menjadi keras kawan?

Sekeras batu karang, yang mampu bertahan oleh sapuan ombak besar ditepi pantai.


Jiwa ku tak sekokoh yang dulu kawan...!!!

seperti bata yang hancur oleh lelumutan.

Batinku mulai longgar kawan...!!!

Tak seerat tali yang menahan pasak, dari beban-beban berat.

kapan bisa ku gapai mengisi rindu bersamamu..?

Mendengar caci makimu, membangunkanku dari kerapuhan.


Aku rindu mendengar sapamu kawan,

rindu mendengar gurauanmu.

Rindu atas bekas pijakan-pijakan kita yang menandai betapa kita kuat menantang ketinggian gunung-gunung itu.

Asal kau tahu kawan...!!!

Aku menjadi kecil lagi ketika kau pergi

Lebih kecil dari harapan-harapan kita yang dulu.

Untuk melawan ketidakbenaran,

untuk melawan nafsu kita sendiri.

Jumat, 20 Maret 2009

Ibu Tersayang



Demi engkau Ibu……

Ku kan tegak berdiri semampuku

Memberi penghormatanku untukmu



Demi engkau Ibu……

Kan ku gapai setitik mimpi Indah

Tuk kupersembahkan untukmu


Demi engkau Ibu……

Tak layak wanita lain terutamakan

Kecuali wanita itu adalah Ibu.


Demi engkau Ibu……

Berabad tangan menadah kelangit

Mengirimkan ribuan Doa untukmu.

Selasa, 26 Februari 2008

'Kalam Hawa-




Kalimat-kalimat ini ditulis bersama dengan sejuta perasaan yang telah mengangkara. Bagai cuaca tak bersahabat di sore tadi, kala hujan mematahkan rimbunan pohon-pohon dengan arus anginnya, manakala jutaan impian waktu yang bergulir dari tiap kata yang tertuliskan. Serangkai kata, dengan segunung kerinduan.

Dari arah mana kau memanggilku? Apakah dari arah, bayang-bayang yang sulit kupahami. Dimana jalan masih memacu ramai, walaupun pinggiran sudah cukup memasuki malam.

Wanita, Karya ini dihadirkan bagimu di antara makhluk-makhluk yang terlelap bersama mimpinya, Bahkan narasinya laksana arus sungai kintamani serta rantih, ataupun liriknya bak nada puji-pujian para pengembala mengiringi gembalaannya, atau bak panorama pulau maitana mengapit tidore.

Wanita, berbagai mimpi mengubah jiwa-jiwa pencinta, mengangkasa antara alam nyata dan maya. Tak ku gubris berapa murka yang kan kuterima, Sebab, bagiku kalian adalah Permata dunia meramaikan lembah-lembah kerinduan, bersama kepakan sayapmu yang telah lama di jinakkan.

Tolong katakan kepadaku, dari arah mana kau kan kubisikan? Boleh kah kau kubisikan dari puncak gunung Mahameru, sehingga hawa dinginnya kubiarkan membekukan tulang-tulangku. Dan mentarinya mengirimkan ribuan pesan buatmu.

Wanita, terlalu sempurna Tuhan menciptamu dari kodratku, membasahkan naluri kasih sayang untuk bebas kau semarkan sebagaimana pilihanmu. Memetik bintang-bintang dari kepulan-kepulan mimpi indah cerita dongeng tangkuban perahu.

Dari arah manakah kaukan memberiku jalan? Apakah dari arah gerbang kenistaan atau lorong kesenangan. Bila kau memintaku menilai kodratmu, engkau adalah kesempurnaan akan kekurangan kami.

Selasa, 12 Februari 2008

Penelusur Gunung




Menderu langkah tapak-tapak sempit
Semak ilalang luluh pijakan ayun apit
Langkah goyah berkawan tumpuk beban
Merengkuh alam menjemput harapan

Berkalang titik kabut, menghalau pandang gelap sepi
Menyisihkan senja susuri jurang-jurang tepi
Mencerahkan arti hidup udara sang damai
Suguhkan keindahan asri menjemput jejak-jejak kaki landai

Basuh air sahajakan kesejukan kering kerontang
Menyapu dahaga tersiram embun alam liar
Inspirasi mengukir catatan-catatan perjalanan
Sugestikan rohani kumbang-kumbang dahan

Rabu, 06 Februari 2008

Safar Hidup

Saya lahir dari titik yang sama
Tetapi dengan tujuan yang lain
Tak ada nafas dalam pikiran ku
Saat bayangan samar hinggap menggerogoti pikiran ku.


Ada kebosanan, dan kejenuhan,……Akh…..itu biasa!
Apakah kesenangan itu akan muncul ?
Bila angkara menutupi sinar mentari kerinduan
Ketakutan ku ’kalau’ ia menerkam ku bagai singa
kelaparan mengisi nafsu laparnya.
Atau hembusan badai yang menghempaskan ku ke tempat
yang tak terjamah.


Tapi biarlah alam memainkan ku seperti jiwa-jiwa lain
Menggambarkan ambisi yang berkecamuk layaknya perang yang tak usai.
Walau kesejukan setiap saat selalu mengisi waktu-waktu kosong.


Senin, 04 Februari 2008

Ingkar'



Siang itu sudah hilang.

Lupa?

Malam juga minggu yang lalu.

Kapan kau cakap itu?


Setahun ini, atau abad lalu.

Padahal aku baru bangkit dari kematian ku kedua.

Saat ajalku yang kesepuluh dihapus oleh Maha Pemilik kematian.


Jiwa ku berada ditempat lain,

Ragaku juga.

Kala tubuhku membusuk tercium ke antara jagat semesta.

Aromanya, mengusik canda peri-peri surga

penghias taman-taman surgawi.


Roh ku bergentanyangan ke ruang-ruang penindasan dan kebengisan

Melawan keserakahan dan nafsu-nafsu iblis.

Membawa sisi-sisi putus asa.

Saat dunia sudah tak layak untuk ditinggali.