Selasa, 26 Februari 2008

'Kalam Hawa-




Kalimat-kalimat ini ditulis bersama dengan sejuta perasaan yang telah mengangkara. Bagai cuaca tak bersahabat di sore tadi, kala hujan mematahkan rimbunan pohon-pohon dengan arus anginnya, manakala jutaan impian waktu yang bergulir dari tiap kata yang tertuliskan. Serangkai kata, dengan segunung kerinduan.

Dari arah mana kau memanggilku? Apakah dari arah, bayang-bayang yang sulit kupahami. Dimana jalan masih memacu ramai, walaupun pinggiran sudah cukup memasuki malam.

Wanita, Karya ini dihadirkan bagimu di antara makhluk-makhluk yang terlelap bersama mimpinya, Bahkan narasinya laksana arus sungai kintamani serta rantih, ataupun liriknya bak nada puji-pujian para pengembala mengiringi gembalaannya, atau bak panorama pulau maitana mengapit tidore.

Wanita, berbagai mimpi mengubah jiwa-jiwa pencinta, mengangkasa antara alam nyata dan maya. Tak ku gubris berapa murka yang kan kuterima, Sebab, bagiku kalian adalah Permata dunia meramaikan lembah-lembah kerinduan, bersama kepakan sayapmu yang telah lama di jinakkan.

Tolong katakan kepadaku, dari arah mana kau kan kubisikan? Boleh kah kau kubisikan dari puncak gunung Mahameru, sehingga hawa dinginnya kubiarkan membekukan tulang-tulangku. Dan mentarinya mengirimkan ribuan pesan buatmu.

Wanita, terlalu sempurna Tuhan menciptamu dari kodratku, membasahkan naluri kasih sayang untuk bebas kau semarkan sebagaimana pilihanmu. Memetik bintang-bintang dari kepulan-kepulan mimpi indah cerita dongeng tangkuban perahu.

Dari arah manakah kaukan memberiku jalan? Apakah dari arah gerbang kenistaan atau lorong kesenangan. Bila kau memintaku menilai kodratmu, engkau adalah kesempurnaan akan kekurangan kami.

Tidak ada komentar: